Tuesday, August 11, 2009

Miao Mioa Sang Arnab (Sudut Pandang Afifi)

Sang Arnab yang menjadi makna simbolik terhadap gelojak jiwa di dalam diri Mat setelah tersirna di dalam dunia percintaan dan berpacaran ternyata membawa suatu gambaran kepada betapa rapuh dan suasana yang dipenuhi ketidak pastian bagi mereka yang terjerumus ke dalam dunia percintaan di luar pernikahan.

Tidak hairan niat dan usaha Mat untuk membunuh diri ternyata membawa makna yang besar akan akibat cinta yang tidak didasari kepastian yang wujud dari ikatan pernikahan. Keindahan yang menyilaukan dan sungguh meruntun hati apabila terikat dengan cinta kepada seorang wanita yang tidak pasti kesetiaannya terhadap Mat membawa perasaan penonton untuk turut merasai betapa pedihnya kekecewaan saat dipermainkan cinta yang buta. Jelas nyata di hadapan saya betapa cinta di luar ikatan pernikahan ternyata bisa membinasakan jiwa malahan hidup seluruhnya. Pernikahan yang memberikan sebuah kepastian, perasaan bertanggungjawab dan kasih cinta yang bisa diterjemahkan tanpa batasan sebenarnya membawa pengakhiran yang membahagiakan. Namun, tanpa ikatan pernikahan, cinta yang turut diterjemahkan akhirnya menjadikan manusia itu ibarat binatang, malahan lebih hina kerana binatang juga turut mempunyai sifat-sifat mulia yang sepatutnya dimiliki manusia selaku khalifah dan hamba dibumi Allah SWT. Ini jelas tergambar dari usaha Arn untuk menyelami apa itu cinta dan apakah yang perlu dilakukannya untuk menjadi manusia dalam erti yang sebenarnya. Jika dibandingkan dengan Pak Tam dan Johan (maaf tak ingat nama karakter playboy tu) yang walaupun manusia tetapi jauh tersimpang dari sifat manusia yang sebenarnya akibat terpedaya ditipu keindahan dan keseronokan membolot harta dan membolot keenakan bercinta semata-mata memuaskan kehendak yang membawa kepada kenistaan sejati.

Sifat ingin tahu dan usaha gigih Arn di dalam usahanya untuk mengenal dan merubah dirinya menjadi manusia dalam erti yang sebenarnya sungguh mengharukan dalam aspek betapa besar tenaga, masa dan keringat yang harus dikorbankan bagi mencapai kemampuan untuk mengenal tentang hakikat sebenar seorang manusia, makhluk ciptaan Allah SWT yang mempunyai tujuan tertentu yang jelas lagi tersuluh. Suasana sedikit pun tidak mempengaruhinya untuk turut serta terjerumus di dalam kancah nista, malah itu menjadi bahan bakar untuk semangatnya mencari dan berusaha menjadi manusia yang mulia, jauh lebih baik dari Pak Tam dan Johan yang ternyata sudah tersimpang jauh di dalam hidupnya masing-masing.

Ternyata memahami tujuan kehidupan di dunia ini dan ke mana kita menuju selepas kematian adalah terlalu penting untuk tidak diambil endah. Malahan tanpanya, sudah tentu kesesatan yang pasti bakal kita tempuhi serta pengakhiran yang sungguh menistakan. Ternyata panduan ini tidak dapat tidak melainkan ianya diambil dari sumber wahyu tertinggi yakni Al-Quran dan As Sunnah utusan yang Maha Pencipta yang menciptakan manusia itu dengan ‘tangan’Nya sendiri. Yang meniupkan roh ke dalam sanubari diri ini yang membentuk jiwa yang darinya timbul Iman dan cinta. Sesugguhnya cinta yang sejati adalah hanya kepadaNya yang Maha Esa, Maha Penyayang, yang memiliki dan mengurniakan cinta di dalam jiwa manusia.

Demi jiwa dan penyempurnaannya. Maka diilhamkan kepadanya jalan kebaikan dan keburukan. Sungguh, beruntunglah bagi mereka yang menyucikannya. Dan sungguh merugilah bagi mereka yang mengotorinya.

(Quran Surah Asy Syams 91:7-10)


ThinkPlanAct.

http://thinkplanact.wordpress.com

Selasa, 11 Julai 2009

11.23pg

3 comments:

  1. sesungguhnya cinta yang sejati ialah cinta kepada Allah s.w.t, kerana dengan mencintaiNya, manusia akan mendapat kasih sayang seluruh alam.

    (bukan ayat buat sendiri, cedok daripada drama bersiri kiamat sudah dekat.. hehehe)

    ReplyDelete
  2. the most interesting, religiously soulful intrepretation of my script so far. I'm glad at least someone got the message. (just wonder if the jury saw it?)

    ReplyDelete
  3. This is THE intrepretation so far. Alhamdulillah. Terima kasih saudara Afifi :)

    ReplyDelete